Senin, 22 Juli 2013

ADIL DALAM KASIH


Adil (qisth) berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,dan ketidakjujuran.  Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.
Kasih adalah suatu tindakan aksi yang berbentuk menyayangi tanpa memandang siapa yang menjadi objek dari bentuk rasa sayang yang kita  arahkan, sekalipun kepada mereka yang bertentangan kita atau dengan mereka yang dianggap musuh sekalipun. Lalu berhubungan dengan judul di atas yakni adil dalam kasih, lalu adakah kasih yang tidak adil?. Kalau kita pernah mendengar atau membaca suatu keputusan pengadilan yang berhubungan dengan hukum negara, banyak sekali keputusan yang diputuskan berdasarkan asas hukum yang sudah dianggap benar namun bertentangan dengan asas (rasa) keadilan. Demikian dalam kehidupan kita sebagai orang kristen yang berasaskan kasih Tuhan, ada kalanya sadar atau tidak sadar kita masih menerapkan kasih yang tidak adil. Kita masih membedakankan arahan kasih kepada mereka yang dianggap, seiman, sekeluarga, sekampung atau seetnis dengan kita. Kita merasa bahwa kita sudah menerapkan asas kasih yang benar seperti yang Tuhan ajarkan, namun adakalanya asas keadilan yang juga Tuhan ajarkan tidak terpenuhi. Lalu bagai mana menerapkankan kasih yang berasaskan keadilan? Sudah tentu kita harus belajar dari Allah Bapa kita sebab, Allah adalah Allah yang Mahakasih, dan yang menyatakan kasihNya dalam keadilan. Kehadiran Yesus Kristus untuk menebus dan menyelamatkan manusia berdosa adalah wujud kasih dan keadilanNya. Allah adalah kasih dan adil didalam mengasihi. Allah mengasihi manusia, dan Allah memberikan Kristus untuk semua manusia karena semua manusia telah berbuat dosa.

Menyatakan kasih adalah otoritas/kewenangan Allah, namun dalam menggunakan otoritas itu Allah tetap berpegang pada prinsip keadilan.

Allah berlaku adil dalam menyatakan kasihNya untuk menyelamatkan manusia dalam Yesus Kristus. Hal ini tampak:

Yang pertama, Yesus harus mati, yaitu dalam rangka memenuhi prinsip hukum bahwa upah dosa adalah maut. Untuk itu, untuk menunjukkan keadilanNya dosa manusia itu harus dihukum dan Kristus sudah menanggungnya didalam tubuhNya. Allah tidak membiarkan dosa. Sebagai Allah yang menjalankan prinsip adil, dosa manusia sudah dihukum Allah di atas salib PuteraNya. Jadi, antara kasih dan keadilan Allah bertemu di salib Kristus. Ia yang Mahakasih harus menyelamatkan manusia dari hukuman dosa.

Yang kedua, bahwa Allah tidak pernah memaksa/berlaku sewenang-wenang karena otoritas/kuasaNya. Itulah sebabnya keselamatan melalui Yesus hanya dapat diterima bagi mereka yang percaya. Dalam hal ini Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menerima atau tidak menerima Yesus.

Dari situlah kita melihat dan belajar dari Allah yang berlaku adil didalam kasih. Marilah kita meneladani apa yang sudah dilakukan oleh Allah, agar kita berlaku adil dalam kasih.(Renungan Minggu 28 Juli 2013. editor; Pnt. Jimmy.M)

Minggu, 07 Juli 2013

FIRMAN TUHAN DALAM HIDUP


Ada sebuah lagu dari seorang penyanyi kristen internasional yang bernama Amy Grant dengan Judul “Thy Word” dengan  kutipan lirik “Thy word is A lamp unto my feet and a light un to my path” yang artinya ; Firman Mu (Allah) adalah pelita bagi kakiku  dan cahaya (terang) pada jalanKu, yang sebenarnya kata kata tersebut dikutip dari Psalm. 119:105 (Maz. 119:105). Dalam kehidupan ini, hampir semua mahluk  dimuka bumi ini tidak ingin hidup dalam kegelapan terutama manusia. Seperti dikatakan diatas tadi, bahwa firman Tuhan Adalah pelita yang memberi terang, maka sudah seharusnya menjadi kebutuhan mutlak manusia dalam kehidupannya.
1.       ALKITAB ADALAH FIRMAN TUHAN.
Orang Kristen percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang memiliki kewibawaan tertinggi atas kehidupan orang-orang Kristen saat membacanya dan melakukannya.
Secara dogmatis, Alkitab adalah Firman Allah. Orang Kristen percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang memiliki kewibawaan tertinggi atas kehidupan orang-orang Kristen. Roh Kudus bekerja dalam diri warga gereja, sehingga orang kristen membaca dan mendegar isi Alkitab selaku Firman Allah.
 Alkitab selaku Firman Allah ditulis oleh manusia pada jaman dan situasi tertentu beribu tahun yang lalu. Kita membaca Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab dengan keaneka ragaman cara penulisan, serta dari penulis-penulis yang berbeda-beda pula (a.l. Musa, Daud, Salomo, Yesaya, Yeremia, Sepanya, Maleakhi, Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Paulus, dan lain-lain). Firman Allah yang ditulis pada masa lampau, itulah yang kita baca dan dengar sekarang dan seterusnya. Oleh karena itu untuk dapat mengerti dan memahami Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab, kita harus senantiasa menyadari akan adanya perbedaan waktu, situasi, lingkungan dan cara berpikir pada saat Alkitab ditulis dengan jaman kita sekarang.
 Pemahaman dan pemberlakuan Firman Allah dalam kehidupan orang Kristen selalu berkaitan dengan apa arti dan tujuan teks Alkitab (Firman Allah) pada waktu dituliskan, dan apa arti dan tujuannya bagi konteks dan situasi kita sekarang.
                                          

 2. PEMAHAMAN TENTANG FIRMAN ALLAH DALAM ALKITAB

 Berbicara tentang Firman Allah, berarti berbicara tentang Alkitab. Kita dapat mengetahui Firman Allah setelah membaca dan mendengarnya melalui apa yang tertulis di dalam Alkitab.
 Alkitab yang kita miliki sekarang, pada mulanya ditulis dalam dua bahasa asli, yaitu : Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani, dan Perjanjian Baru dalam bahsa Yunani. Bagaimanakah pemahaman / pengertian Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab ? untuk ini kita menggumuli dari kata “Firman” yang tertulis dalam Alkitab.

 2.1. Firman Allah dalam Perjanjian Lama
 Kata “Firman” (Allah) yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama’ adalah terjemahan dari kata “dabar” dalam bahasa Ibrani. Akar kata “dabar” dalam bahasa Ibrani berarti “menyatakan hal yang ada dibelakang / dibalik”. Dalam psikologi Ibrani ucapan seseorang dipandang sebagai bagian dari kedirian dan keberadaan yang nyata dari sipembicara sendiri. Jadi “dabar” (Firman), selaku ucapan Allah adalah penyataan diri Allah sendiri. Kata “dabar” dalam PL dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia.
 Dalam kitab Perjanjian Lama, Firman Allah berarti penyataan dari kedirian dan keberadaan yang nyata dari Allah. Firman Allah mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkanNya. Allah menciptakan langit dan bumi dengan Firman (Kej.1). Dalam kehidupan manusia, Firman Allah harus didengar dan dilaksanakan (Maz.103:20); tidak boleh ditambahi atau dikurangi (Ul. 12:32). Firman Allah tetap untuk selama-lamanya (Yes.40:8), tidak akan kembali sebelum digenapi (Yes.55:11). Firman Allah adalah penyataan Allah yang juga diberikan kepada para nabi.
 2.2. Firman Allah dalam Perjanjian Baru
 Firman (dabar) dalam Perjanjian Lama, diterjemahkan dengan kata “logos” (bah.Yunani) dalam Perjanjian Baru. Kata “logos” juga dipakai dalam pengertian yang lebih luas, yaitu “perkataan/ucapan”.

 Firman (logos) menurut Perjanjian Baru memiliki kesatuan dengan Allah, mengandung kegiatan mencipta, memelihara (alam semesta) dan menyatakan diri kepada manusia. Dalam kata “Firman”, Kristus perlu ditafsirkan secara theologis (Yoh. 1:1, 14 ; 1 Yoh.1:1-2, Wahyu 19:13).

 Dalam surat-surat kiriman, Firman juga disebut sebagai Firman kehidupan (Fil. 2:16) Firman kebenaran (Ef. 1:13) kabar keselamatan (Kis.13:26), berita perdamaian (II Kor.5:19), pemberitaan tentang salib (1 Kor.1:18).

 Kabar, berita, pemberitaan disebut ‘logos’. Firman (logos) adalah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan ditaati.
 Dalam Perjanjian Baru, bentuk jamak dari “logos” yaitu “logia” menunjuk kepada Firman dalam Perjanjian Lama, misalnya dalam Kis. 7:38 “Firman-firman yang hidup” menunjuk kepada Taurat Musa. Logia adalah pengumuman-pengumuman Allah yang mempunyai kekuasaan dan dihadapanNya manusia berdiri dengan hormat, menyembah dan merendahkan diri.
 3. FIRMAN ALLAH DAN KEHIDUPAN ORANG KRISTEN
 Selaku orang percaya, Firman Allah menjadi “pelita pada kaki” dan terang pada jalan” (Maz. 119:105) kita. Menjadi dasar dan pedoman bagi perbuatan dan kehidupan orang beriman (II Tim.3:16-17). Oleh karena itu orang kristen (secara pribadi, bersama) harus membaca, mendengar dan merenungkannya siang malam (Maz.1). Firman Allah haruslah secara sungguh-sungguh dipahami, dihayati dan dilaksanakan dengan benar dalam iman dan ketaatan kepada Allah dalam Yesus Kristus.

 Firman Allah menjadi standard universal dari iman. Hidup rohani dan etika serta moral Kristen. Dengan membaca dan mendengar Firman Allah orang kristen dapat memahami rencana Allah bagi dunia, dan mengenal dirinya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Firman Allah memberikan bimbingan dan hikmat bagi kita, dan bukan memberi suatu jawaban bagi semua masalah dan pertanyaan kita. Dengan bimbingan Firman Allah orang percaya diberikan kekuatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat dimana kita ditempatkan/berada. Dengan Firman Allah, kita sanggup memperoleh dan memberikan jawaban atas masalah dan pertanyaan yang kita hadapi.
 Firman Allah menuntun kepada kepastian dan pemastian keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus, memperbaiki karakter yang rusak karena dosa serta meneguhkan kita didalam kebenaran Allah.(Jm)