( Renungan Minggu 5 mei 2013)
Ada seorang raja memunyai putri yang cantik jelita. Kecantikan dari
putri ini tersebar ke segala penjuru kerajaan dan kerajaan lain. Banyak
pangeran dan raja yang melamar, tetapi puteri ini tidak mau menerima
semua lamaran itu. Dia menginginkan calon suaminya adalah seorang
ksatria yang gagah berani. Putri mengusulkan suatu perlombaan untuk
memenuhi keinginannya, yaitu dengan cara berenang pada suatu kolam.
Panjangnya kira-kira 100 meter dan lebarnya 50 meter. Pada kolam itu
ada sejumlah besar ikan piranha yang sangat buas! Siapa yang berani
berenang dan paling cepat, dialah yang akan menjadi suami putri cantik
jelita. Pada hari yang sudah ditentukan raja membuka sayembara.
Berbondong-bondong orang, mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara.
Sebelum perlombaan dimulai , pengawal melemparkan seekor domba ke
dalam kolam itu, hanya dalam waktu beberapa menit kolam itu warnanya
menjadi merah. Kiranya ikan piranha yang begitu banyak dan buas berpesta
pora mengganyang domba itu. Yang muncul bukan domba lagi tapi tinggal
kerangka saja! Pengawal kemudian memasukkan seekor gajah, gajah itu
meronta-ronta kesakitan dan ikan-ikan piranha yang ganas itu menyerbu
dan menggigit seluruh tubuh gajah . . . air menjadi kemerahan, bau amis
darah. Dalam beberapa puluh menit gajah itu habis yang tinggal
kerangkanya saja. Semua orang yang ada di sana menjerit histeris . . .
orang-orang yang sudah mendaftarkan diri mengikuti sayembara itu satu
demi satu tanpa “permisi” meninggalkan tempat itu dengan diam-diam.
Tidak ada yang mengambil resiko maut. Di tengah keheningan tiba-tiba
byuruiurr …..seorang pemuda terjun ke kolam! Penonton memberi semangat
dan tepuk tangan yang meriah, raja dan putri berdiri tertarik melihat
keberanian pemuda itu. Pemuda itu berenang dengan sekuat tenaga,
ikan-ikan piranha menyerbu mangsanya. Si pemuda menyelam ke bawah … ke
atas .. ke samping .. terus dikejar ikan-ikan buas. Si pemuda baru saja
10 menit sudah mulai kelihatan kecapaian .. Seluruh anggota badannya
mulai keluar darah . . . dengan sekuat tenaga ia berenang ke tepi kolam
dan berhasil naik ke darat. Untung masih selamat, walaupun tidak sampai
di tujuan.
Meski demikian orang-orang memuji keberanian pemuda ini, mereka
mengangkatnya di pundak mereka mengelilingi arena syembara dengan
teriakan,”Hidup pahlawan .. Hidup pahlawan pemberani….” Tapi pemuda itu
minta diturunkan dari pundak orang-orang itu, sambil berkata dengan nada
marah,”Siapa tadi yang mendorong saya hingga saya jatuh ke kolam?”
Ternyata pemuda ini bukan sengaja terjun ke kolam, tetapi didorong oleh
orang lain dari belakang sehingga terpaksa terjun ke kolam.
Arti Sebuah Dorongan. Sang pemuda yang terjun ke air
dan akhirnya dikagumi banyak orang dan mungkin akhirnya dianggap pantas
mempersunting sang putri, ia bisa berhasil oleh karena mendapat dorongan
dari belakang oleh seseorang yang tak diketahuinya. Tak mustahil dia
bisa menjadi mangsa ikan piranha. Adalah nasib baiknya bahwa dia bisa
selamat, meski tak berhasil sepenuhnya sampai seberang.
Sangat berbeda dengan dorongan yang dilakukan oleh Tuhan.
Yang pertama kita melihat bagaimana Tuhan melalui Malaikat-Nya mendorong
agar Kornelius segera menghubungi untuk menjemput Petrus. Andai
Kornelius mengetahui keberadaan Petrus di Yope, saya kira dia tetap
tidak akan pernah seberani mengundang Petrus, sebab dia merasa rendah
diri sebagai bangsa yang non Yahudi. Tetapi Tuhan yang menghargai iman
dan kesalehannya, memberikan dorongan yang jelas dan mengesankan melaui
seorang malaikat-Nya. Kita melihat di sini kasih Tuhan yang telah melimpah sampai di luar batas umat Yahudi, sebab Tuhan tidak membedakan orang . “Sesungguhnya
aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang
dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran
berkenan kepada-Nya.” Kisah Para Rasul 10:34,35.
Selain melihat kasih Tuhan, di sini kita juga melihat ketaatan Kornelius.
Sedikit pun tidak ada penolakan atau keraguan dari pihak Kornelius
demi mendengar dorongan dari Tuhan. Sebaliknya kita melihat sambutannya
yang sangat respontif dan sangat mungkin disertai kesukaan yang besar,
ketika ia segera mengutus dua orang hamba dan seorang perajuritnya untuk
menemui Petrus. Sang pemuda tadi didorong orang untuk mencelakainya,
tapi dorongan Tuhan kepada Kornelius adalah untuk menyelamatkan dan
meningkatkan kehidupan rohaninya.
Lebih jauh kita juga melihat betapa Tuhan pun memberikan
dorongan-Nya kepada Petrus melalui penglihatan untuk memakan segala
jenis binatang yang dipandangnya haram. Ternyata pencerahan yang
diberikan Tuhan itu merupakan persiapan penting bagi Hamba-Nya untuk
menyambut Kornelius serta segala bangsa di dunia ini. Hal ini juga
menunjukkan kasih Tuhan yang besar kepada Petrus, bahwa Tuhan berkenan
memakainya sebagai alat kecil yang hidup di dalam Kerajaan-Nya yang
semakin diluaskan itu. Biarlah ketaatan Petrus melaksanakan rencana
Tuhan itu kita ikuti, dengan membuka pintu Pemberitaan Injil kepada
segala bangsa di dunia.
Apa yang terdapat di balik langkah besar Tuhan itu?
Bagi umat Israel tentu merupakan tanda tanya besar , mengapa Tuhan mau
menjangkau semua bangsa di dunia? Bukankah itu akan sangat “merepotkan”
Tuhan sendiri? Dan itu benar, sebab segala bangsa itu sudah memunyai
kepercayaan serta allahnya sendiri-sendiri? Dan bukankah teramat
sulitnya manusia berubah paradigma apalagi keyakinan hidupnya?
Kesulitan akan meningkat ketika umat Tuhan yang terdahulu merasa
lebih superior dan merasa menjadi “anak emas” Tuhan. Tapi dalam rangka
penerimaan Kornelius kita melihat peristiwa yang menggembirakan, ketika
tiba-tiba Roh Kudus menunjukkan keberpihakan-Nya kepada bangsa-bangsa
lain itu. “Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang
menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat , bahwa karunia Roh
Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga.” Kisah Para Rasul
10:45.
Bagi Tuhan semakin ada banyak tantangan yang menghadang, semakin
banyak kesempatan untuk menunjukkan keseriusan-Nya untuk menyelamatakn
umat manusia. Mengenai sikap Tuhan terhadap umat manusia di dunia ini ada satu tulisan menarik sebagai berikut: Siapakah Yang Dikasihi Olah Allah? Pada
waktu berbicara kepada Jemaat di bagian barat Amerika Serikat, seorang
pengkhotbah yang berbakat menyampaikan demikian,”Kasih Allah adalah
untuk orang-orang tidak menarik. Tapi saya kuatir bahwa
orang-orang yang merasa dirinya seperti itu hanya sedikit saja yang
hadir di sini. Kasih Allah adalah untuk orang-orang yang tidak layak, yang sama sekali tidak memunyai hak untuk menuntut agar dikasihi oleh Allah. Dan mujizat terbesar ialah bahwa kasih Allah itu untuk orang-orang yang tidak berminat, dan tidak mau dikasihi.” “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal!”
Berada di dalam rangkulan kasih Kristus, kita akan semakin mengenal Dia.
Bilamana Tuhan menjangkau semua bangsa itu berarti
ada dua langkah penting yang dilakukan Tuhan. Langkah pertama adalah
“merangkul umat manusia” dengan kasih sayang-Nya yang besar. Semua
pengikut Tuhan mendapat tugas-suci untuk menjadi kepanjangan tangan
Tuhan yang sangat ingin bisa merangkul mereka itu. Kenyataan menunjukkan
bahwa ketertarikan orang kepada Tuhan Yesus lewat para pengikutnya,
bukan karena mereka pandai bicara tentang Alkitab atau hal-hal yang lain
tapi hanya karena sikap hidup yang diwarnai oleh kasih. Itu berarti
perbuatan kita memunyai kekuatan yang berlipat dibandingkan perkataan
kita.
Kalau begitu “pemberitaan” Injil ternyata tidak semata secara verbal.
Dialog bukan mengutamakan pembicaraan apalagi perdebatan. Sesudah
seseorang berada di dalam lingkungan kasih Kristus, tahap berikut adalah
menjalani proses pengenalan lebih jauh. Dalam proses ini tentu saja
terjadi terus peningkatan yang menuju kepada kedewasaan iman. Sebanding
dengan seberapa besar pengenalan kita, maka Tuhan juga akan memberikan
tuntutannya untuk kita lakukan.
Hal itu tidak dirasakan sebagai beban yang menekan tapi justru menggairahkan. Dengan kata lain ada kasih dan ketaatan yang terus berjalan seimbang. Kasih Tuhan adalah kasih yang mengalir turun; seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasih-Ku itu (Yohanes 15:9). Lalu
tuntutan yang sepadan diberikan Tuhan Yesus kepada kita,”Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu.” Yohanes 15:12. Mengapa saya katakan “tuntutan yang
sepadan”? Oleh karena kita telah menerima tiga hal yang sangat luar
biasa dari Yesus Kristus: 1. Kita dijadikan sahabat-Nya. 2. Dia sudah
rela mati bagi kita. 3. Kita beroleh hubungan kerahasiaan dengan Dia,
sampai segala sesuatu yang didengar-Nya dari Bapa diberitahukan kepada
kita.
Maka dalam I Yohanes 5:3 kembali ditekankan sebagai orang yang
dikasihi-Nya kita patut menunjukkan kasih kita kepada Allah dengan cara
yang kongkrit, yaitu melakukan perintah-perintah Nya, tentu saja sebagai
bentuk ketaatan kita. Bicara mengenai ketaatan ada sebuah anekdot yang
menceritakan percakapan dua orang penginjil, dari Indonesia dan China.
Penginjil Indonesia bertanya,”Aku sungguh-sungguh melayani Tuhan di
tempat ini, tapi hanya sedikit sekali yang bertobat.” “Itu sudah jelas,”
jawab penginjil dari China. “Karena setiap orang Indonesia membaca
Firman Tuhan dari kiri ke kanan, lalu mulai dari kiri ke kanan lagi,
berarti terus geleng-geleng kepala. Sama dengan tidak bersedia menaati
Firman Tuhan. Berbeda dengan orang China dari atas ke bawah,
mengangguk-angguk terus tanda setuju kepada Firman Tuhan dan bersedia
untuk menaatinya.(Oleh Pdt Em. Daud Adiprasetya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar