Adil (qisth) berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di
tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu
sikap yang bebas dari diskriminasi,dan ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang
adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum
positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.
Kasih adalah suatu tindakan aksi yang berbentuk
menyayangi tanpa memandang siapa yang menjadi objek dari bentuk rasa sayang
yang kita arahkan, sekalipun kepada
mereka yang bertentangan kita atau dengan mereka yang dianggap musuh sekalipun. Lalu berhubungan
dengan judul di atas yakni adil dalam kasih, lalu adakah kasih yang tidak adil?.
Kalau kita pernah mendengar atau membaca suatu keputusan pengadilan yang
berhubungan dengan hukum negara, banyak sekali keputusan yang diputuskan berdasarkan asas hukum yang sudah dianggap benar namun bertentangan dengan asas (rasa)
keadilan. Demikian dalam kehidupan kita sebagai orang kristen yang berasaskan
kasih Tuhan, ada kalanya sadar atau tidak sadar kita masih menerapkan kasih
yang tidak adil. Kita masih membedakankan arahan kasih kepada mereka yang
dianggap, seiman, sekeluarga, sekampung atau seetnis dengan kita. Kita merasa
bahwa kita sudah menerapkan asas kasih yang benar seperti yang Tuhan ajarkan,
namun adakalanya asas keadilan yang juga Tuhan ajarkan tidak terpenuhi. Lalu
bagai mana menerapkankan kasih yang berasaskan keadilan? Sudah tentu kita harus
belajar dari Allah Bapa kita sebab,
Allah adalah Allah yang Mahakasih, dan yang menyatakan kasihNya dalam keadilan. Kehadiran Yesus Kristus untuk menebus dan menyelamatkan manusia berdosa adalah wujud kasih dan keadilanNya. Allah adalah kasih dan adil didalam mengasihi. Allah mengasihi manusia, dan Allah memberikan Kristus untuk semua manusia karena semua manusia telah berbuat dosa.
Menyatakan kasih adalah otoritas/kewenangan Allah, namun dalam menggunakan otoritas itu Allah tetap berpegang pada prinsip keadilan.
Allah berlaku adil dalam menyatakan kasihNya untuk menyelamatkan manusia dalam Yesus Kristus. Hal ini tampak:
Yang pertama, Yesus harus mati, yaitu dalam rangka memenuhi prinsip hukum bahwa upah dosa adalah maut. Untuk itu, untuk menunjukkan keadilanNya dosa manusia itu harus dihukum dan Kristus sudah menanggungnya didalam tubuhNya. Allah tidak membiarkan dosa. Sebagai Allah yang menjalankan prinsip adil, dosa manusia sudah dihukum Allah di atas salib PuteraNya. Jadi, antara kasih dan keadilan Allah bertemu di salib Kristus. Ia yang Mahakasih harus menyelamatkan manusia dari hukuman dosa.
Yang kedua, bahwa Allah tidak pernah memaksa/berlaku sewenang-wenang karena otoritas/kuasaNya. Itulah sebabnya keselamatan melalui Yesus hanya dapat diterima bagi mereka yang percaya. Dalam hal ini Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menerima atau tidak menerima Yesus.
Dari situlah kita melihat dan belajar dari Allah yang berlaku adil didalam kasih. Marilah kita meneladani apa yang sudah dilakukan oleh Allah, agar kita berlaku adil dalam kasih.(Renungan Minggu 28 Juli 2013. editor; Pnt. Jimmy.M)
Senin, 22 Juli 2013
Minggu, 07 Juli 2013
FIRMAN TUHAN DALAM HIDUP
Ada sebuah
lagu dari seorang penyanyi kristen internasional yang bernama Amy Grant dengan
Judul “Thy Word” dengan kutipan lirik “Thy
word is A lamp unto my feet and a light un to my path” yang artinya ; Firman Mu
(Allah) adalah pelita bagi kakiku dan cahaya
(terang) pada jalanKu, yang sebenarnya kata kata tersebut dikutip dari Psalm.
119:105 (Maz. 119:105). Dalam kehidupan ini, hampir semua mahluk dimuka bumi ini tidak ingin hidup dalam kegelapan
terutama manusia. Seperti dikatakan diatas tadi, bahwa firman Tuhan Adalah
pelita yang memberi terang, maka sudah seharusnya menjadi kebutuhan mutlak
manusia dalam kehidupannya.
1.
ALKITAB ADALAH FIRMAN TUHAN.
Orang
Kristen percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang memiliki kewibawaan
tertinggi atas kehidupan orang-orang Kristen saat membacanya dan melakukannya.
Secara
dogmatis, Alkitab adalah Firman Allah. Orang Kristen percaya bahwa Alkitab
adalah Firman Allah yang memiliki kewibawaan tertinggi atas kehidupan
orang-orang Kristen. Roh Kudus bekerja dalam diri warga gereja, sehingga orang
kristen membaca dan mendegar isi Alkitab selaku Firman Allah.
Alkitab selaku Firman Allah ditulis oleh
manusia pada jaman dan situasi tertentu beribu tahun yang lalu. Kita membaca
Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab dengan keaneka ragaman cara penulisan,
serta dari penulis-penulis yang berbeda-beda pula (a.l. Musa, Daud, Salomo,
Yesaya, Yeremia, Sepanya, Maleakhi, Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Paulus, dan
lain-lain). Firman Allah yang ditulis pada masa lampau, itulah yang kita baca
dan dengar sekarang dan seterusnya. Oleh karena itu untuk dapat mengerti dan
memahami Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab, kita harus senantiasa
menyadari akan adanya perbedaan waktu, situasi, lingkungan dan cara berpikir
pada saat Alkitab ditulis dengan jaman kita sekarang.
Pemahaman dan pemberlakuan Firman Allah dalam
kehidupan orang Kristen selalu berkaitan dengan apa arti dan tujuan teks
Alkitab (Firman Allah) pada waktu dituliskan, dan apa arti dan tujuannya bagi
konteks dan situasi kita sekarang.
2. PEMAHAMAN TENTANG FIRMAN ALLAH DALAM
ALKITAB
Berbicara tentang Firman Allah, berarti
berbicara tentang Alkitab. Kita dapat mengetahui Firman Allah setelah membaca
dan mendengarnya melalui apa yang tertulis di dalam Alkitab.
Alkitab yang kita miliki sekarang, pada
mulanya ditulis dalam dua bahasa asli, yaitu : Perjanjian Lama dalam bahasa
Ibrani, dan Perjanjian Baru dalam bahsa Yunani. Bagaimanakah pemahaman /
pengertian Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab ? untuk ini kita menggumuli
dari kata “Firman” yang tertulis dalam Alkitab.
2.1. Firman Allah dalam Perjanjian Lama
Kata “Firman” (Allah) yang terdapat dalam
kitab Perjanjian Lama’ adalah terjemahan dari kata “dabar” dalam bahasa Ibrani.
Akar kata “dabar” dalam bahasa Ibrani berarti “menyatakan hal yang ada
dibelakang / dibalik”. Dalam psikologi Ibrani ucapan seseorang dipandang
sebagai bagian dari kedirian dan keberadaan yang nyata dari sipembicara
sendiri. Jadi “dabar” (Firman), selaku ucapan Allah adalah penyataan diri Allah
sendiri. Kata “dabar” dalam PL dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah
kepada manusia.
Dalam kitab Perjanjian Lama, Firman Allah
berarti penyataan dari kedirian dan keberadaan yang nyata dari Allah. Firman
Allah mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkanNya.
Allah menciptakan langit dan bumi dengan Firman (Kej.1). Dalam kehidupan
manusia, Firman Allah harus didengar dan dilaksanakan (Maz.103:20); tidak boleh
ditambahi atau dikurangi (Ul. 12:32). Firman Allah tetap untuk selama-lamanya
(Yes.40:8), tidak akan kembali sebelum digenapi (Yes.55:11). Firman Allah
adalah penyataan Allah yang juga diberikan kepada para nabi.
2.2. Firman Allah dalam Perjanjian Baru
Firman (dabar) dalam Perjanjian Lama,
diterjemahkan dengan kata “logos” (bah.Yunani) dalam Perjanjian Baru. Kata
“logos” juga dipakai dalam pengertian yang lebih luas, yaitu
“perkataan/ucapan”.
Firman (logos) menurut Perjanjian Baru
memiliki kesatuan dengan Allah, mengandung kegiatan mencipta, memelihara (alam
semesta) dan menyatakan diri kepada manusia. Dalam kata “Firman”, Kristus perlu
ditafsirkan secara theologis (Yoh. 1:1, 14 ; 1 Yoh.1:1-2, Wahyu 19:13).
Dalam surat-surat kiriman, Firman juga disebut
sebagai Firman kehidupan (Fil. 2:16) Firman kebenaran (Ef. 1:13) kabar
keselamatan (Kis.13:26), berita perdamaian (II Kor.5:19), pemberitaan tentang
salib (1 Kor.1:18).
Kabar, berita, pemberitaan disebut ‘logos’.
Firman (logos) adalah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus
Kristus, yang wajib diberitakan dan ditaati.
Dalam Perjanjian
Baru, bentuk jamak dari “logos” yaitu “logia” menunjuk kepada Firman dalam
Perjanjian Lama, misalnya dalam Kis. 7:38 “Firman-firman yang hidup” menunjuk
kepada Taurat Musa. Logia adalah pengumuman-pengumuman Allah yang mempunyai
kekuasaan dan dihadapanNya manusia berdiri dengan hormat, menyembah dan
merendahkan diri.
3. FIRMAN ALLAH DAN
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN
Selaku orang percaya,
Firman Allah menjadi “pelita pada kaki” dan terang pada jalan” (Maz. 119:105)
kita. Menjadi dasar dan pedoman bagi perbuatan dan kehidupan orang beriman (II
Tim.3:16-17). Oleh karena itu orang kristen (secara pribadi, bersama) harus membaca,
mendengar dan merenungkannya siang malam (Maz.1). Firman Allah haruslah secara
sungguh-sungguh dipahami, dihayati dan dilaksanakan dengan benar dalam iman dan
ketaatan kepada Allah dalam Yesus Kristus.
Firman Allah menjadi
standard universal dari iman. Hidup rohani dan etika serta moral Kristen.
Dengan membaca dan mendengar Firman Allah orang kristen dapat memahami rencana
Allah bagi dunia, dan mengenal dirinya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Firman
Allah memberikan bimbingan dan hikmat bagi kita, dan bukan memberi suatu
jawaban bagi semua masalah dan pertanyaan kita. Dengan bimbingan Firman Allah
orang percaya diberikan kekuatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat dimana kita ditempatkan/berada.
Dengan Firman Allah, kita sanggup memperoleh dan memberikan jawaban atas
masalah dan pertanyaan yang kita hadapi.
Firman Allah menuntun
kepada kepastian dan pemastian keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus,
memperbaiki karakter yang rusak karena dosa serta meneguhkan kita didalam
kebenaran Allah.(Jm)
Langganan:
Postingan (Atom)