Tuhan memiliki beragam cara untuk mendapatkan
perhatian kita agar Dia bisa menunjukan betapa besar kasihNya pada kita.
PerlakuanNya kepada kita didasarkan atas prinsip yang sempurna. Mungkin
itu mengejutkan anda betapa indah kehendak Tuhan bagi kita saat kita
mengijinkan Dia berkarya dalam hidup kita. Prinsip disiplinnya tidak
pernah menyenangkan, tapi itu membawa kepada kemurnian dan kedamaian.
Banyak orang Kristen, termasuk pendeta, penulis
lagu, puisi, dan lainnya, menjadi subjek “kasih Tuhan.” Saya ragu salah
satu dari mereka tahu artinya kata kasih. Mereka menggunakan itu
sebagai topeng untuk menutupi sakit fisik, rohani, dan moral mereka.
Katakan pada orang bahwa Tuhan mengasihi mereka dan mereka akan merasa
enak. Mereka akan gembira dan hatinya ringan. Seorang pengkotbah menutup
kotbahnya dengan berkat seperti ini: Tuhan mengasihi anda, dan saya
juga. Tidak ada yang salah dengan pernyataan itu, saya juga tidak
mempertanyakan ketulusan dan kejujuran pendeta saat dia mengatakan hal
itu. Tapi saat orang Kristen benar-benar terluka, sulit mendamaikan
kasih Tuhan dengan penderitaan dan kesulitan manusia. Baru-baru ini
seorang wanita Kristen berkata pada saya, jika Tuhan mengasihi saya,
kenapa Dia membuat saya menderita? Masalahnya terletak pada kurang
mengertinya dia akan kasih Tuhan.
Alkitab mengatakan pada kita kalau itu kasih yang
misteri. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada
kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah (1 John 3:1). Perhatikan
kata betapa besar. Kata Yunaninya potapos, suatu kata
sifat yang menggambarkan sesuatu yang aneh atau asing –seperti dari luar
negeri. Itu tidak hanya menunjukan kebesaran seperti beberapa
terjemahan modern. Saat Tuhan kita menegur angin dan menenangkan laut.
“Dan heranlah orang-orang itu, katanya: Orang apakah Dia ini,
sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya? (Matthew 8:27, italics
ditambahkan). Mereka melihat sesuatu yang terlewatkan sebelumnya. Saat
mereka melihat mujizat, mereka berpikir, Orang ini pasti dari luar dunia. Apa yang kita lihat sangat aneh dan asing.
Kita melihat kasih yang “heran” ini dalam Romans
5:8: Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Itu kasih yang
heran sehingga menyebabkan seorang bapa mengutus anaknya untuk mati
bagi pendosa, terutama saat Anak adalah benar dan kudus. Kita tidak
mengetahui kasih seperti itu. Itu asing bagi kita karena itu datang dari
dunia yang lain. Itu tidak pernah jadi bagian dari peradaban manusia.
Manusia didunia tidak pernah menyaksikan kasih seperti itu. Inilah kasih
itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi
dosa-dosa kita (1 John 4:10). Bentuk kasih yang asing itu mengganggu
pikiran kita. Apakah kita bisa atau tidak mengerti hal itu, kenyataan
bahwa itu heran tetap nyata –Tuhan mengutus AnakNya yang tidak berdosa
untuk mati bagi kita yang berdosa. Betapa kasih yang heran!
Hal itu membuat kita memikirkan secara serius kasih
yang heran dari Tuhan didalam kehidupan anakNya. Ini dijelaskan dalam
salah satu bagian Alkitab. karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak
(Hebrews 12:6).
Pembaca yang baik, jika anda benar adalah anak Allah
sejati, sejati artinya anda sudah mengalami kelahiran baru, maka inilah
kebenaran yang harus anda temukan dengan pengalaman. Anda dan saya
harus belajar –dan jangan terbawa arus dari –kebenaran ini bahwa kasih
Tuhan yang heran mengharuskan Dia menghajar kita sampai jera. Mari kita
selidiki ayat ini dalam konteksnya.
Pertimbangan Seruan
Pemikiran bahwa kasih Tuhan menghajar anak-anakNya
sampai jera tidak bisa diterima bagi sebagian besar dari kita. Saat anak
bertumbuh kita semua memiliki pemikiran bahwa orangtua menunjukan
kasihnya pada kita saat mereka memberikan hal yang kita suka dan
nikmati. Tapi saat mereka memberi pembatasan bagi kita, kita langsung
menyimpulkan kalau mereka tidak mengasihi kita. Kita bisa mengerti kasih
yang mengelus dan menghibur kita, tapi kita tidak bisa mencocokan kasih
dengan menghajar sampai jera atau koreksi.
Orang Kristen dimana tujuan surat Ibrani ditulis
adalah Yahudi. Mereka adalah kelompok minoritas yang percaya Yesus
Kristus sebagai Mesias. Saudara Yahudi mereka yang tidak percaya telah
mengasingkan mereka. Orang non Yahudi yang tidak percaya memandang
mereka rendah. Mereka tidak bisa mendapat pekerjaan. Penyiksaan sangat
sulit ditanggung. Jika mereka membuat keputusan yang benar dengan
menjadi Kristen, kenapa mereka menderita hal ini? Jika Tuhan mengasihi
mereka, bukankah Dia seharusnya menyelamatkan mereka dari penderitaan
dan penyiksaan ini? Mereka diajarkan bahwa Tuhan mengasihi semua orang
berdosa dan karena itu Dia mengutus AnakNya yang tunggal untuk mati bagi
mereka. Mereka percaya pesan itu, tapi sekarang semua yang mereka
rasakan adalah pernderitaan dan kesulitan. Apakah begitu cara Tuhan
menunjukan kasihNya kepada anak-anakNya? Jelas ada satu hal mengenai
kasih yang mereka belum pelajari.
Roh Kudus mengarahkan penulisNya untuk menulis
kata-kata yang bisa memenuhi kebutuhan hati mereka. Dia mulai dengan
membawa perhatian mereka pada PL yang sudah mereka lupakan, Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak
(Hebrews 12:5). Dia membawa mereka kembali pada Firman Tuhan yang
tertulis, sumber kebenaran bagi setiap anak Tuhan. Dia mengutip
perkataan langsung Tuhan kepada mereka. Perhatikan, “sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu
(italics ditambahkan). Sebagian ekspositor mengartikan pernyataan ini
seperti interogasi, Apakah kamu sudah lupa nasihat itu? Dan apakah
kebenaran penting yang mereka lewatkan ? Itu adalah kasih Tuhan yang
heran: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah
putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang
yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak
(Hebrews 12:5-6).
Pelupa bisa menjadi hal berbahaya. Betapa bodohnya
kita saat kita melupakan Firman Tuhan. Dan perhatikan kata yang
cenderung kita lupakan, yaitu, nasihat. Kata nasihat (Yunani: parakaleo„)
artinya menegur atau mendorong untuk mengejar suatu sikap tertentu. Ini
merupakan kata nasihat kepada orang Yahudi yang lupa, bukan perjanjian
Tuhan yang tidak bersyarat, juga bukan janji Tuhan akan hidup kekal.
Alkitab yang dikutip ada dalam Proverbs 3:11-12: “Hai anakku, janganlah
engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan
peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya,
seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”
Penyelidikan Alkitab bisa jadi menarik dan atraktif,
dan tetap menarik selama itu tidak membuat tuntutan bagi mereka. Mereka
bisa menikmati kotbah dibukit tentang kasih selama pengajaran itu tidak
masuk kedalam gaya hidup mereka. Mereka tidak pernah lupa perkataan
Tuhan dalam Jeremiah 31:3: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal
atau dalam John 3:16 dimana Tuhan kita berkata, Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Kenapa bisa ingat ayat tertentu
tentang kasih Tuhan dan melupakan ayat lainnya? Itu karena kita pemilih.
Kita dengan sadar melupakan kasih Tuhan yang heran.
Sempatkan waktu duduk membaca kitab Ulangan. Disana
anda akan mendengar Tuhan berkata berulang-ulang, Ingat . . . dan jangan
lupa. Tandai setiap pemunculan kata ingat dan jangan lupa. Waktu 2 jam
melatih kerohanian anda merupakan hal berharga.
Pertimbangan Penjelasan
Dalam pasal 11 kitab Ibrani penulis menunjuk fakta
bahwa banyak orang percaya dalam PL menderita. Dia mengambil ilustrasi
dari beberapa periode sejarah Alkitab dan menunjukan bahwa banyak yang
menderita. Mereka menghadapi keganjilan untuk kemuliaan Tuhan. Dan Tuhan
dalam sejarah PL tetap sama sampai sekarang.
Dalam pasal 12 orang Kristen ditunjukan bagaimana
memandang penobaan dan ujian dalam hidup. Kata kunci dalam verses 5-11
adalah menghajar sampai jera, muncul beberapa kali dalam bentuk beragam
setidaknya 7 kali. Kata Yunaninya paideia, dari pais,
artinya anak. Itu istilah digunakan secara luas bagi orangtua yang
mendidik anaknya. Tuhan juga memiliki cara menghajar sampai jera
anak-anakNya, dan apapun cara yang Dia gunakan adalah untuk kebaikan.
Hidup tanpa disiplin tidak ada nilai.
Hajaran Tuhan menunjukan kasihNya. “karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak” (Hebrews 12:6). Itu tidak mengijinkan ayah
berlaku seenaknya pada anak. Disiplin Tuhan selalu dimotivasi oleh
kasih. Itu meneguhkan kasih Tuhan pada kita. Ada kasih orangtua dalam
disiplin Bapa disorga. Tuhan tidak bertindak seperti hakim, tapi sebagai
bapa. Bahkan dalam kekecewaan, cobaan paling berat diijinkan melalui
hikmat sempurna dari kasih Tuhan yang heran, asing bagi manusia yang
sudah jatuh. Apapun perasaan kita, hajaran menunjukan kasih Tuhan.
Hajaran Tuhan meneguhkan kita sebagai anak.
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti
anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka
kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang (Hebrews 12:7-8). Kitab
Ibrani ditujukan bagi anak Tuhan, sehingga hajaran menujukan tanda anak.
Tidak diragukan ada diantara orang percaya Ibrani yang mengaku beriman
tapi belum lahir baru. Mereka tidak akan pernah mengerti ada Tuhan
berlaku pada anakNya untuk menyenangkanNya. Apa yang Tuhan ingin dari
kita lebih tinggi dan mulia dari apa yang kita pikir orangtua dunia
lakukan pada anaknya.
Tidak ada cara mendapatkan status anak tanpa
hajaran. Mereka yang tidak dihajar tapi mengaku anak membuat kebohongan.
Orang percaya yang hebat dimasa lalu melalui penderitaan dan kesulitan.
Mereka tahu mereka memiliki hidup kekal karena mereka percaya Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselama pribadi mereka (John 3:16; 5:24);
karena mereka mengalami Tuhan memimpin mereka (Romans 8:14); karena Roh
Tuhan bersaksi dalam roh mereka (Romans 8:15-16); dan karena mereka
mengalami disiplin Tuhan dalam hidup mereka. Jika mengaku Kristen tanpa
dihajar, mereka tidak sah, bukan anak sejati. Demikian Firman Tuhan.
Hajaran Tuhan memperbaiki kesalahan kita.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat
kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (Hebrews 12:9). Bapa
kita dibumi disebut “pengkoreksi” (Yunani: paideute„s,
artinya seorang penghukum. Untuk mengkoreksi adalah mengembalikan
kepada keadaan yang benar. Kesalahan harus diperbaiki, dan yang bengkok
harus diluruskan. Setiap orang Kristen memiliki kesalahan dan kegagalan
yang butuh dikoreksi (James 3:2). Orangtua kita mengkoreksi kita dan
harus begitu dalam hubungan kita dengan mereka. Jika kita harus tunduk
pada koreksi mereka, maka betapa kita harus tunduk pada Bapa kita
disorga! Saat kita dilahirkan kembali, kita menerima nature baru, nature
dari Tuhan, sehingga kita “mengambil bagian dari nature ilahi (2 Peter
1:4). Bagaimanapun, dalam setiap orang Kristen masih mungkin berdosa
dalam pikiran, perkataan, dan tindakan. Dosa yang kita lakukan sebagai
orang Kristen harus diakui dan diampuni: Kalau kita menguji diri kita
sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman
dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama
dengan dunia (1 Corinthians 11:31-32). Paulus berkata bahwa jika orang
Kristen memahami, bahwa jika kita membedakan antara apa kita dan apa
yang disyaratkan Tuhan untuk menjadi, kita tidak perlu dihajar oleh
Tuhan. Jika kita benar-benar mengenal diri kita dan menilai diri kita
dengan benar, kita tidak perlu dihajar Tuhan. Orang Korintus dihajar,
bukan karena mereka tidak percaya, tapi karena mereka milik Kristus.
Saudara terkasih, mari kita menguji diri kita setiap hari dan sampai
pada nilai yang benar dari diri kita (1 Corinthians 11:28). Mari kita
tidak berhenti sampai setiap dosa diakui dan diampuni.
Hajaran Tuhan mengendalikan tempramen kita.
Kita tidak sama. Kecenderungan pribadi berbeda. Jika kita tidak mengatur
kelemahan kita, Tuhan akan menggunakan cara kebapakanNya untuk
menghajar sampai jera. Amsal berkata, Siapa menyembunyikan
pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan
meninggalkannya akan disayangi (Proverbs 28 :13). Kadang hajaran Tuhan,
dilakukan untuk menjaga kita. Saat Tuhan menghajar Dia tidak plin-plan
tapi dengan perhatian dan pertimbangan kebaikan kita. Sekali lagi, mari
kita ingat bahwa hajaran Tuhan dilakukan dengan kasih. Dan
kedaulatanNyalah untuk mendisiplin kita kapanpun dan bagaimanapun Dia
mau.
Rasul Paulus cenderung untuk sombong. Itu dosa yang
belum hilang dan perlu dikekang. Dia menulis tentang itu dalam surat
keduanya pada jemaat Korintus: Dan supaya aku jangan meninggikan diri
karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu
duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku,
supaya aku jangan meninggikan diri. (2 Corinthians 12:7). Perhatikan
bahwa ayat ini tidak dimulai dengan kalimat yang sama, supaya aku
jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu.
Kita mungkin berasumsi bahwa Paulus cenderung meninggikan diri, dosa
umum “menjadi sombong (1 Timothy 3:6) atau menjadi “tinggi hati (1
Timothy 6:17). Melalui hajaran kasih Tuhan, Paulus belajar dengan baik
sehingga dia bisa menulis, Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan
kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah
kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu
pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu
menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing (Romans 12:3).
Saat kita menemukan kelemahan dalam diri kita
masing-masing, kita harus mengekangnya. Jika kita mengabaikannya dan
membiarkan itu tumbuh, Tuhan akan masuk dan menghajar kita. Mencegah
lebih baik dari mengobati. Hajaran merupakan salah satu berkat Tuhan.
Apakah kita bersyukur atas hal ini?
Hajaran Tuhan membersihkan dosa kita.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat
kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik
kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik,
tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusan-Nya (Hebrews 12:9-10). Kata “kekudusan” Yunaninya
hagiasmos, artinya pengudusan. Artinya disini adalah dipisahkan
untuk Tuhan. Ini tidak hanya pengudusan posisi, tapi pengudusan praktis,
suatu tindakan yang sesuai dengan pemisahan. Paulus menggunakan kata
yang sama dalam, Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus (1 Thessalonians 4:7) dan Tetapi
sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi
hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan
sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Romans 6:22).
Buah kekudusan harusnya menjadi jalan hidup yang
sesuai bagi semua anak Tuhan. Secara kedudukan kita dipisahkan untuk
Tuhan melalui iman dalam Yesus Kristus. Roh Kudus menyucikan
(memisahkan) setiap orang percaya disaat diselamatkan (1 Corinthians
6:11), dasar pengudusan posisi ada dalam kematian Kristus (Hebrews
10:10, 29; 13:12). Bagaimanapun, tujuan Tuhan dalam menyelamatkan kita
melalui kematian anakNya agar kita dipisahkand dari pikiran, perkataan
dan tindakan jahat: “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu
supaya kamu menjauhi percabulan (1 Thessalonians 4:3). Kita semua harus
mengejar kekudusan. Kita mempelajari itu saat kita membaca, mempelajari,
dan mentaati Firman Tuhan (Psalm 119:9, 11; John 15:3; 17:17, 19; 1
Peter 2:2).
Jika, sebaliknya, kita mengabaikan pengejaran akan
kekudusan, maka Tuhan akan masuk dan menghajar kita. Barangsiapa
Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan
bertobatlah! (Revelation 3:19). Dan saat Dia melakukan itu, kita harus
menerima disiplin itu, bukan untuk menyakiti kita tapi mengarahkan kita
pada kebaikan. Hajaran Tuhan dibuat agar kita menjadi orang Kristen yang
lebih bijak dan baik. Saya meragukan ada orang Kristen yang bisa dewasa
rohani tanpa dihajar Tuhan.
Pertimbangan Harapan
Ayat ini mengusulkan 3 cara reaksi kita akan disiplin dari Tuhan.
Kita bisa mengabaikannya. Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan (Hebrews 12:5). Kata mengabaikan (exoutheneo„)
artinya mengancam dengan sengaja. Kita jangan menganggap hajaran Tuhan
sebagai hal enteng. Semua itu “untuk kebaikan kita” (Hebrews 12:10)
jangan dipandang rendah. Saat saya masih jadi pastor di Detroit, orang
muda berumur 21 tahun terbunuh dalam kecelakaan motor di John Lodge
Expressway. Walau ibunya Kristen, dia menjadi marah dan pahit terhadap
Tuhan. Dia tidak menerima ujian dari Tuhan. Saya mencoba menjelaskan
agar dia tidak diharapkan mengecilkan masalahnya, tapi juga tidak
mengecilkan hajaran Tuhan. Tuhan yang mengatur, dan Dia selalu memiliki
tujuan yang baik dan bijak dalam menghajar anakNya. Orang Kristen memang
menderita. “melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya,
seperti bunga api berjolak tinggi (Job 5:7). Dalam dunia kamu menderita
penganiayaan (John 16:33). Memang setiap orang yang mau hidup
beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya (2 Timothy 3:12).
Kita pasti didisiplin dalam hidup, tapi jangan memandang rendah hal
ini.
Kita bisa putus asa. janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya
(Hebrews 12:5). Kata Yunaninya ekluo„ dan
itu artinya menjadi letih, putus asa. Orang Kristen adalah pengelana,
yang terus bergerak. Dia pergi kesuatu tempat. Tujuannya adalah
keserupaan dengan Tuhan Yesus Kristus yang disalib dan dipermalukan.
Kristus sendiri adalah teladan –Dia tidak putus asa. Ingatlah selalu
akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap
diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi
lemah dan putus asa (Hebrews 12:3). Ini ayat yang bagus dibaca saat
ujian hidup membuat kita menjadi letih. Kita diperintahkan untuk
berhenti dan memikirkan penderitaan Kristus. Pelajari bahwa Dia bertahan
saat Dia didunia. Saat kita merenungkan Firman Tuhan setiap hari, Roh
Kudus bisa mengingatkan akan Kristus dan menjelaskannya pada kita. Ini
memampukan kita bertahan dengan sabar. Janganlah kita jemu-jemu berbuat
baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita
tidak menjadi lemah (Galatians 6:9).
Kita bisa menerima itu datangnya dari Bapa yang kasih.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan
sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya
(Hebrews 12:11). Disiplin Tuhan tidak pernah tanpa rencana dan tujuan.
Itu selalu dipikir baik-baik. Saat Tuhan menghajar kita Dia ingin
mencapai sesuatu dalam kita untuk kebaikan kita dan kemuliaanNya. Jadi
setiap tindakan hajaran Tuhan ada harapan yang cerah, sesuatu yang kita
harapkan. Penulis menyebutnya “pada waktunya” Dan kita yakin kalau
disiplin Bapa tidak pernah mengecewakan. Jangan mengabaikan hal ini.
Sebagian dari mereka mengandung janji bagi masa depan kita dengan
harapan dan penantian.
Tetapi kemudian ia menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
(Hebrews 12:11, italics added)
Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak. (John 13:7, italics added)
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. (Psalm 73:24, italics added)
Kesimpulannya, perhatikan bahwa berkat hajaran
datang kepada mereka “yang dilatih olehnya. Kita dilatih melalui ujian
dan pencobaan. Kata Yunaninya gumnazo„,
artinya melatih tubuh atau pikiran dengan melihat kekudusan dan
kebenaran. Saat kita menerima hajaran dan dilatih olehnya, kita belajar
itu merupakan berkat kelimpahan dari Tuhan.
Kita menemukan bahwa terapi fisik bagi hidup saya
dalam kelumpuhan Elsie merupakan sangat sulit dan menyakitkan. Itu tidak
pernah jadi nyaman jika melalui pengobatan, tapi dia bertahan dengan
harapan ada perkembangan.
Betapa lebih lagi kita harus melatih diri kita untuk
dilatih melalui hajaran Tuhan. Penulis Ibrani menjelaskan dalam pasal
5. Dia bicara tentang kegagalan orang percaya untuk belajar kedalaman
kebenaran Firman Tuhan. Semua masih bayi dan tidak berpengalaman serta
tidak ahli dalam menghadapi masalah hidup: Tetapi makanan keras adalah
untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang
terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat (Hebrews 5:14).
Bertumbuh secara rohani tidak hanya masalah waktu.
Itu bukan pengalaman yang ada sejalan waktu seperti pertumbuhan fisik.
Seorang muda mengundang saya untuk makan malam dirumahnya. Dia ingin
saya bertemu istrinya dan anaknya perempuan berumur 6 tahun. Jika gadis
kecil ini 6 dan ibunya 30 tahun, saya bisa memperkirakan apa yang
dilihat melalui umur mereka.
Tapi tidak begitu dalam pengalaman rohani. Mungkin
saja orang yang sudah diselamatkan 6 tahun lebih dewasa dari yang sudah
30 tahun. Dalam hal rohani orang Kristen lamban mendengar (Hebrews
5:11). Mereka mundur dalam mendengar dan melakukan Firman. Maka itu
mereka tidak lagi melatihnya dan tidak bertumbuh secara rohani. Kata
sifat yang digunakan adalah kata Yunani nothroi berarti kemalasan. Itu suatu kondisi seseorang kehilangan keinginan akan Firman Tuhan.
Sebagian orang Kristen terlatih melalui ujian mereka
tapi sebagian lain tidak. Sebagian merasa sakit hati terhadap hajaran
itu dan sakit hati pada Tuhan sementara yang lain menerima disiplin
Tuhan dan berkembang karenanya. Alkitab tidak mengatakan kalau orang
percaya harus menikmati hajaran, tapi kita diharapkan menghargainya dan
bertindak dengan tepat. Saat kita mengerti alasan Tuhan menghajar kita,
itu akan mendatangkan kebaikan. Penderitaan harus lahir dari roh yang
benar jika kita ingin mendapat keuntungan darinya. Sebab aku yakin,
bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar